Kamis, 31 Oktober 2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan lembaga yang dengan sengaja diselenggarakan untuk mewariskan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian oleh generasi yang lebih tua kepada generasi berikutnya. Melalui pendidikan sebagian manusia berusaha memperbaiki tingkat kehidupan mereka. Terjadi hubungan yang kuat antara tingkat pendidikan seseorang dengan tingkat sosial kehidupannya. Jika pendidikan seorang maju, tentu maju pula kehidupannya demikian pula sebaliknya.
Adapun tujuan dari Pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang yang berakhlak baik laki-laki atau perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan berakhlak tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaan, menghormati hak-hak manusia, tahu membedakan yang baik dan yang buruk, memilih suatu fadhilah karena cinta pada fadhilah, menghindari perbuatan tercela dan mengingat perbuatan yang mereka lakukan.
Dari kutipan di atas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa Pendidikan Islam bertujuan mendorong seorang guru harus berusaha dengan keras untuk selalu menanamkan betapa pentingnya akhlak yang baik bagi siswa dan tercipta kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Tujuan pembelajaran yang utama adalah membekali siswa dengan kemampuan. Atas dasar ini diperlukan metode pembelajaran yang sesuai pada tiap pokok bahasan. Yang lebih penting lagi adalah agar siswa dalam proses pembelajaran Agama Islam terutama pada pelajaran Aqidah Akhlak agar dapat merasa asyik, dan senang serta menikmatinya.
Madrasah Tsanawiyah Mursyidut Thullab Lembanna merupakan tempat pendidikan yang bercorak Islam. Selain mata pelajaran umum juga diajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diantaranya yaitu Aqidah Akhlak yang bertujuan membentuk siswa yang berakhlak dan bertaqwa. Akan tetapi Metode Pembelajaran PAI yaitu Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna sebahagian kecil siswa masih kurang menerapkan Pembelajaran tersebut kedalam kehidupannya sehari-hari, terbukti ketika masing-masing pulang kerumah masih ada perbuatan yang dilakukan tidak sesuai dengan Pembelajaran Aqidah Akhlak yang telah di ajarkan, bahkan dalam lingkungan sekolahpun masih ada yang menunjukkan hal-hal yang kurang baik. Di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna guru juga tidak berfungsi sebagaimana mestinya yaitu masih ada guru yang merangkap mengajar mata pelajaran lainnya, hal ini dikarenakan karena guru-guru masih ada yang merangkap dalam mengajar misalnya pelajaran Aqidah Akhlak dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Berdasarkan data atau fenomena di atas menarik untuk dilakukan penelitian tentang Bagaimana Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna, dan Faktor-Faktor Apa yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran.
B.    Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah
1.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.    Bagaimana Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna ?
b.    Faktor-Faktor apa yang mempengaruhi Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna ?
2.    Batasan Masalah
Masalah yang diangkat dalam Proposal  ini terlalu luas jika diteliti secara menyeluruh. Maka, agar masalah tidak melebar penulis hanya meneliti Bagaimana Metode dan Faktor-Faktor apa yang mempengaruhi Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna.
C.    Pengertian Judul
Untuk menghindari kesalahan pemahaman mengenai maksud dari judul penelitian ini maka perlu untuk memberikan pengertian istilah-istilah yang ada pada judul tersebut sebagai berikut :


1.    Metode
Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.
2.    Pembelajaran
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
3.    Aqidah
Secara etimologis, Aqidah berasal dari ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. ‘aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara kata ‘aqdan dan ‘aqidah  adalah keyakinan yang tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan perjanjian.
4.    Akhlak
Akhlak secara etimologi, kata Akhlak berasal dari bahasa Arab Akhlak bentuk jama’ dari kata khuluk yang berarti “budi pekerti” yang sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin, etos berarti “kebiasaan”. Sedangkan menurut istilah Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Berdasarkan definisi/pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan Tentang pembelajaran Aqidah (Keyakinan) dan Akhlak (Budi Pekerti) agar siswa dapat mengerti dan memahami pengertian Aqidah Akhlak dan mampu melaksanakan dan menerapkan pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 
D.    Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini, penulis ingin menegaskan bahwa menurut sepengetahuan penulis belum ada yang membahas tentang metode pembelajaran  Aqidah Akhlak, dan kalaupun itu ada maka judul dan  lokasi subyek penelitiannya berbeda, antara lain:
1.    Musyrifah, tahun 2008, yang berjudul “ Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTsN. Wonokromo Bantul Yogyakarta” Proposal tersebut meneliti Kondisi siswa yang tidak konsentrasi dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak dan hasil apa yang dicapai siswa dari metode pembelajaran Aqidah Akhlak, serta penelitian tersebut bersifat kualitatif.
2.    Muhammad Lutfi, tahun 2001, yang berjudul “Pendidikan Akhlak Dalam Upaya Meningkatkan Perilaku Disiplin Siswa Di MTsN. Wonokromo Bantul Yogyakarta” Proposal tersebut meneliti tentang sejauh mana keberadaan pendidikan Akhlak di MTsN. dan adanya kemerosotan moral sehingga mempengaruhi kedisiplinan siswa di MTsN. Wonokromo.
E.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.    Tujuan Penelitian
a.    Untuk mengetahui Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna.
b.    Untuk mengetahui Faktor-Faktor apa yang mempengaruhi Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna.
2.    Manfaat Penelitian
a.    Secara Teoritik
Memberi masukan bagi MTs. Mursyidut Thullab Lembanna agar senantiasa meningkatkan mutu dan kualitas pendidikannya, khususnya dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.
b.    Secara Praktis
1)    Berguna bagi para Guru Agama Islam, sebagai dasar pertimbangan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.
2)    Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi guru Pendidikan Agama Islam di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna.




BAB II
KAJIAN TEORITIS

A.    Tinjauan Tentang  Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak 
1.    Pengertian Metode Pembelajaran.
Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkaualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang, ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
Definisi/pengertian metode pembelajaran menurut beberapa ahli dikemukakan sebagai berikut:

a.    Menurut  Slameto  Metode Pembelajaran adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan dan merupakan suatu cara pelaksanaan strategi pembelajaran.
b.    Menurut Nana Sudjana Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
c.    Menurut Sobry Sutikno Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan definisi/pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi yang diinginkan. Dengan kata lain proses pembelajaran tidak berarti bahwa siswa diberi tahu akan tetapi siswa mencari tahu.
2.    Tujuan Metode Pembelajaran
Tujuan Metode Pembelajaran adalah untuk mengetahui, memahami dan dapat menggunakan berbagai Metode Pembelajaran serta dapat memilih Metode Pembelajaran yang akan dipergunakan dengan situasi mengajar dan belajar yang dihadapi.


3.    Manfaat Metode Pembelajaran
a.    Secara Teoritis untuk menambah pengetahuan mengenai adanya bermacam-macam metode mengajar, serta sadar akan arti metode pembelajaran tersebut bagi kepentingan belajar siswa.
b.    Secara Praktis untuk kegunaannya bagi profesi guru dalam menunaikan tugas menyajikan bahan pembelajaran kepada siswa.
4.    Macam-Macam Metode Pembelajaran
a.    Ceramah
Ceramah adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan menyampaikan pesan dan informasi secara satu arah lewat suara yang diterima melalui indra pendengaran yakni telinga.
Pada metode ini guru dituntut untuk lebih aktif mempersiapkan materi ceramah yang sistematis untuk menghindari proses pembelajaran yang membosankan. Mengingat bahwa metode ceramah menjadikan siswa tidak aktif, sementara dalam proses pembelajaran diperlukan keaktifan siswa sehingga hasil belajar lebih  efektif. Dengan demikian metode ini hanya tepat digunakan jika materi pembelajaran itu membutuhkan penjelasan-penjelasan verbal.
b.    Diskusi
Metode diskusi adalah suatu penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan studi ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atau suatu masalah.
Untuk itu metode pembelajaran ini, siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan suatu masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain, selain itu melatih siswa untuk menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu perlu melatih kehidupan yang demokratis.
c.    Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan jalan mengajukan pertanyaan dengan maksud untuk mendapatkan jawaban lisan pertanyaan yang disajikan guru kepada siswa atau sebaliknya untuk memperdalam penguasaan bahan guna pencapaian tujuan pembelajaran. 
Metode Pembelajaran ini lebih merangsang siswa dalam melakukan aktifitas belajar individual ataupun kelompok, dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru, membina tanggung jawab dan disiplin siswa serta dapat mengembangkan kreativitas siswa.
d.    Tugas dan Resitasi
Pemberian tugas dan resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam waktu rentang tertentu dan hasilnya harus dipertanggung jawabkan kepada guru.
Metode pembelajaran ini merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Tugas banyak macamnya tergantung daripada tujuan yang akan dicapai;seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas motorik, tugas di laboratorium.
e.    Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah penyajian bahan pelajaran oleh guru atau instruktur kepada siswa dengan menunjukkan urutan prosedur pembuatan sesuatu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kelebihan metode pembelajaran ini antara lain:
-    Dapat Membuat Pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (Pemahaman secara kata-kata atau kalimat).
-    Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
-    Proses pembelajaran lebih menarik.
-    Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
f.    Pembiasaan
Metode pembiasaan adalah proses pembuatan sesuatu atau seseorang menjadi biasa. Metode ini dapat dibantu dengan metode jurnal belajar, metode ini bila dikaitkan dengan Pendidikan Agama Islam adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran Islam.
g.    Keteladanan
Metode keteladanan adalah suatu metode yang digunakan dengan cara memberi contoh keteladanan yang sesuai dengan ajaran Islam, supaya mereka dapat berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar.
B.    Tinjauan Tentang Aqidah Akhlak
1.    Pengertian Aqidah Akhlak
Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengandung pengertian pengetahuan, pemahaman dan penghayatan tentang keyakinan atau kepercayaan dalam Islam yang menetap dan melekat dalam hati yang berfungsi sebagai pandangan hidup, perkataan dan amal perbuatan siswa dalam segala aspek kehidupannya sehari-hari.
Dari uraian di atas karakteristik mata pelajaran Aqidah Akhlak lebih menekankan pada pengetahuan, pemahaman dan penghayatan siswa terhadap keyakinan atau kepercayaan serta perwujudan keyakinan dalam bentuk sikap siswa, baik perkataan atau perbuatan dalam kehidupannya sehari-hari. Pendidikan Aqidah Akhlak tidak hanya berarah pada persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata, tetapi juga mampu mengubah Aqidah Akhlak menjadi makna dan nilai-nilai yang perlu diterapkan pada siswa dengan berbagai cara. Makna dan nilai dapat menjadi sumber motivasi agar siswa lebih maju untuk berbuat dan berperilaku secara Agama dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak mempunyai tujuan yaitu untuk menanamkan dan meningkatkan keimanan siswa serta meningkatkan kesadaran untuk berakhlak mulia. Sehingga mereka menjadi muslim yang selalu meningkat keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT, untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan dapat memiliki kompetensi.
Keberhasilan pencapaian target kompetensi sangat ditentukan oleh pola yang ditentukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan upaya menciptakan suasana pedagogis dan antragogis yang kondusif sesuai dengan situasi dan kondisi untuk mencapai standar kompetensi Aqidah Akhlak yang lebih efektif, efesien dan menyenangkan.
Pendidikan akhlak bertujuan mengetahui perbedaan-perbedaan dan perangai manusia yang baik dan yang buruk, agar manusia dapat memegang teguh sifat-sifat yang baik dan menjauhkan diri dari sifat-sifat jahat sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan di mana tidak ada benci membenci.
2.    Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Aqidah Akhlak
Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan agar: (a) siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan keyakinan akan hal-hal yang harus di imani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari; (b) siswa memiliki  pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat  untuk  mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, baik  dalam   hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, sesama manusia maupun dengan alam lingkungannya; dan (c) siswa memperoleh bekal tentang  Aqidah Akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.
Dengan demikian tujuan pendidikan akhlak tidak hanya sekedar mengikuti otak anak-anak dengan ilmu pengetahuan (teori) belaka, justru lebih mendalam lagi mendidik psikis, kesehatan, mental, perasaan dan praktis serta mendidik psikis sekaligus mempersiapkan anak-anak menjadi anggota masyarakat.
Memberikan kemampuan dan keterampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman akhlak Islami dan nilai-nilai keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak
Dalam GBPP mata pelajaran Aqidah Akhlak Kurikulum Madrasah Tsanawiah (MTs):
a.    Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang telah di tanamkan dalam lingkungan keluarga.
b.    Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kasalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
c.    Pencegahan, yaitu menjaga hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari  budaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangannya demi menuju manusia Indonesia seutuhnya.
d.    Pengajaran, yaitu menyampaikan informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak.
C.    Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
1.    Faktor Tujuan
Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak di capai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumuan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan adalah memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai.
Dalam meninjau tujuan sebagai arah pendidikan tidak di tekankan pada persoalan kejurusan mana garis yang telah memberi arah pada usaha tesebut, tetapi ditekankan kepada masalah garis manakah yang harus kita ambil dalam melaksanakan usaha tersebut, atau garis manakah yang harus ditempuh dalam keadaan “sekarang dan di sini”.
2.    Faktor Pendidik
Pendidik ialah orang yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik.
Karakteristik yang harus dimiliki seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik adalah sebagai berikut :
a.    Kematangan diri yang stabil; memahami diri sendiri, mencintai diri secara wajar dan memiliki nilainilai kemanusiaan serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai itu, sehingga ia bertanggung jawab sendiri atas hidupnya, tidak menggantungkan diri atau menjadi beban orang lain.
b.    Kematangan sosial yang stabil; dalam hal ini seorang pendidik dituntut mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masyarakatnya, dan mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.
c.    Kematangan profesional (kemampuan mendidik); yakni menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara mendidik.

3.    Faktor Anak Didik
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.
Karena itulah, anak didik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :
a.    Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.
b.    Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.
c.    Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu, menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, perbedaan individual dan sebagainya.
4.    Faktor Alat Pembelajaran
Alat pembelajaran adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Ditinjau dari segi wujudnya, maka alat pendidikan itu dapat berupa:
a.    Perbuatan Pendidik (biasa disebut software); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman dan hukuman.
b.    Benda-benda sebagai alat bantu (biasa disebut hardware); mencakup meja, kursi, belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta, OHP dan sebagainya.
5.    Faktor Lingkungan
Menurut Sartain (Ahli Psikologi Amerika), yang dimaksud dengan lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Pada dasarnya Lingkungan mencakup:
a.    Tempat (Lingkungan Fisik); keadaan iklim, keadaan tanah, dan keadaan alam.
b.    Kebudayaan (Lingkungan Budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan pandangan hidup dan keagamaan.
c.    Kelompok hidup bersama (Lingkungan sosial atau masyarakat); Keluarga, kelompok bermain, desa dan perkumpulan.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk menerangkan fenomena sosial atau suatu peristiwa. Hal ini sesuai dengan definisi penelitian kualitatif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Adapun Pendekatan penelitian ini memfokuskan tentang Studi Kasus Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiah Mursyidut Thullab Lembanna.
B.    Subyek dan Obyek Penelitian
 Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah para Guru Aqidah Akhlak, Siswa, dan Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiah Mursyidut Thullab Lembanna.
Penulis melakukan penelitian terhadap siswa di MTs. Mursyidut Thullab. Pengambilan sampel pada siswa dilangsungkan dengan memilih siswa pada yang diasumsikan memiliki pemahaman belajar yakni, siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam setiap kelasnya.
Sedang obyek dari penelitian ini adalah metode pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna.
C.    Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang akan di teliti, penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1.    Metode Observasi
Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan atau data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Metode ini digunakan untuk mengamati dan mencatat situasi dalam proses belajar mengajar, letak geografis, keadaan guru, keadaan siswa dan seluruh data-data lain yang diperlukan dalam penelitian ini. Observasi yang dilakukan penulis terjun langsung untuk mengetahui gejala-gejala yang diselidiki.
2.    Metode Wawancara (Interview)
Wawancara (interview adalah pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab sepihak yang dilakukan dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan pendidikan). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atau pertanyaan itu. Adapun jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membentuk kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dinyatakan dalam proses wawancara. metode ini digunakan penulis untuk mencari data yang berkaitan dengan metode pembelajaran Aqidah Akhlak. Dan bagaimana kondisi siswa pada saat pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna.
3.    Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada dan mempunyai hubungan dengan tujuan penelitian.
Dokumen yang akan penulis ambil yang berkaitan dengan penelitian ini seperti guru, data jumlah siswa atau anak didik, letak geografis, sejarah dan tujuan berdirinya sekolah, struktur organisasi dan arsip-arsip yang berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna.
D.    Metode Analisis Data
Setelah sejumlah data dan keterangan berhasil dikumpulkan, maka langkah selanjutnya ialah membagi beberapa teknik dari data tersebut. Karena penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif, maka cara yang digunakan adalah sebagai berikut:

1.    Reduksi Data
Yaitu penulis menganalisis data dengan cara memilih serta menentukan data dan keterangan yang dianggap relevan dengan pembahasan ini, data yang ada dirangkum sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan data dan keterangan yang masuk dalam kategori pembahasan skripsi yang penulis buat. Mengklasifikasikan berarti memilah-milah (mengelompokkan) seluruh pendapat responden tentang fokus penelitian yang memiliki kesamaan, kemudian membandingkan antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Kemudian hasil pemaknaan itu direduksi (dipisah-pisahkan) dan kemudian akan disajikan sesuai dengan uraian-uraian dalam etiap fokus atau masalah penelitian.
2.    Display Data
Setelah sejumlah data selesai dirangkum, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data tersebut ke dalam pembahasan ini, bentuk penyajian sederhana tanpa harus membutuhkan keterangan-keterangan lain. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka analisis itu berlangsung sejak pertama kali penulis terjun kelapangan sampai pengumpulan data telah menjawab sejumlah permasalahan yang ada. Jadi jumlah fakta yang diperoleh di lapangan akan dikumpulkan dengan cara menuliskan atau mengadopsi, mengedit, mengklasifikasikan, mereduksi dan kemudian dilanjutkan dengan penyajian.


3.    Verifikasi Data
Yakni penulis menganalisis data dan keterangan dengan cara melakukan evaluasi terhadap sejumlah data yang benar-benar validitas (berlaku) dan realibilitas (hal yang dapat dipercaya). Dengan demikian, maka bentuk analisis data ini adalah membuktikan kebenaran data, apakah data yang diperoleh benar asli atau memerlukan klarifikasi (Penjelasan).

















BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A.     Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar. Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru. Hal ini pun senada dengan Kurikulum 2004, pengertian pembelajaran pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
Dari hal di atas ini, maka peneliti dapat mengatakan bahwa proses pembelajaran Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mengayati hingga mengimani Allah SWT, dan merealisasikan dalam perilaku kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,  serta penggunaan pengalaman. Tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak adalah usaha untuk menginformasikan, mentransformasikan serta menginternalisasikan nilai-nilai Islami, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan segi-segi kehidupan spiritual yang baik dan benar dalam rangka mewujudkan pribadi muslim seutuhnya dengan ciri-ciri beriman, bertaqwa, berbudi pekerti, cerdas, terampil, dan bertanggung jawab. Selain itu, fungsi pembelajaran Aqidah Akhlak adalah pembekalan diri peserta didik supaya mampu mengatasi suatu permasalahan keagamaan, agar  lebih baik dalam pengamalan di kehidupan sehari-hari, lingkungan tempat tinggal siswa, keluarga, teman bermain dan juga dalam lingkungan sekolah diharapkan membawa budaya yang positif, sehingga bermanfaat bagi kehidupan dan kesejahteraan yang akan datang. Karena pendekatan pembelajaran Aqidah Akhlak ini memang harus menanamkan rasa keimanan, pengalaman, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, keteladanan. Yang dari mana dari pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat mencerminkan kepribadian yang Islami yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Berdasarkan Hasil penelitian penulis, dua jenis penelitian yang dilakukan yakni observasi dan wawancara terhadap dua Informan yakni, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dan Siswa di Sekolah MTs. Mursyidut Thullab Lembanna.
1.    Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan Guru Mata pelajaran Aqidah Akhlak  di sekolah MTs. Mursyidut Thullab Lembanna, yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna  ini menggunakan strategi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Tujuannya agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan sesuai SK-KD (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) yang terdapat dalam silabus dan dikembangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tanpa adanya unsur keterpaksaan atau terbebani mengikuti kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak. Harapan dari strategi PAKEM dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak yaitu dapat tercipta pembelajaran yang efektif, yaitu:
a.    Pembelajaran konsistensi dengan kurikulum,
b.    Program yang telah direncanakan dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti,
c.    Siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan program yang telah ditentukan tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti,
d.    Guru memotivasi belajar siswa,
e.    Siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran,
f.    Interaksi timbal balik antara guru dan siswa,
g.    Guru terampil dalam mengajar, dan
h.    Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh para siswa.
2.    Adapun hasil dari observasi dan wawancara dengan siswa yakni metode pembelajaran Aqidah Akhlak sudah diterapkan oleh siswa yakni menunjukkan akhlak yang baik disaat pembelajaran sedang berlangsung, yakni salah satunya memperhatikan disaat guru menjelaskan pembelajaran.  Dan mengenai Proses Balajar mangajar  yang selama ini lakukan oleh Ibu Roslina, selaku guru mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah bahwa beliau termasuk guru yang aktif, dan selalu masuk kelas tepat waktu sesuai dengan jadwal, dapat membawakan materi dengan baik, maksudnya  saat proses  pembelajaran berlangsung metode yang diterapkan bervariasi, misalnya cermah, diskusi, dan tanya jawab. Hal ini membuat siswa tidak merasa jenuh saat mengikuti pembelajaran, selain itu beliau juga dapat menerangkan bahasa yang mudah dimengerti, sehingga siswa dapat termotivasi untuk memperhatikan materi yang disampaikan dan siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran adalah agar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar  yang telah disampaikan dapat tersampaikan dengan baik, tentunya hal ini tidak lepas dari tujuan pembelajaran yang dapat berjalan dengan efektif. Mengingat keragaman latar belakang dan karakteristik siswa MTs. Mursyidut Thullab Lembanna, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, setiap mata pelajaran proses pembelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Hal ini sesuai dengan yang terkandung dalam Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajaran yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan seorang pendidik dalam tujuan pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses belajar dan hasil akhir belajar pada suatu Kompetensi Dasar. Terciptanya pembelajaran yang efektif yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Aqidah Akhlak di atas ini, dapat terlaksana dengan baik apabila guru mata pelajaran Aqidah Akhlak juga memakai landasan Kurikulum 2004 dalam Proses Belajar Mengajar. Karena dalam Kurikulum 2004 memuat tentang fungsi pembelajaran pendidikan agama Islam untuk madrasah, sebagai berikut:
1.    Pengembangan, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mugkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga,
2.    Penanaman nilai, ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat,
3.    Penyesuaian mental, peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui pendidikan agama Islam,
4.    Perbaikan, kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari,
5.    Pencegahan, peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari,
6.    Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan tidak nyata), sistem dan fungsionalnya, dan
7.    Penyaluran, siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Oleh karenanya, dalam Proses Belajar Mengajar guru mata pelajaran Aqidah Akhlak menggunakan strategi PAIKEM pada sekolah MTs. Mursyidut Thullab Lembanna ini tentunya. menginginkan terciptanya proses pembelajaran yang efektif, sehingga ketercapaian tujuan pembelajaran dapat terwujudkan, dengan menyangkut tiga komponen sistem pembelajaran, yang terdiri dari:
(1)    Komponen input, yakni perilaku awal siswa dan kemampuan professional guru atau tenaga kependidikan,
(2)     Komponen proses ialah prosedur pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kurikulum, metode, media, dan administrasi yang meliputi alat, waktu dan dana, dan
(3)    Komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan pembelajaran.
Perlu diketahui, bahwasannya kegiatan Proses Belajar Mengajar dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak seorang pendidik dengan menggunakan strategi PAIKEM ini, diharapkan guru Aqidah Akhlak mampu melakukan pengoptimalan guru dalam mengajar ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
(1)    Kognitif, yakni pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam,
(2)    Afektif, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri peserta didik, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afektif ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan peserta didik menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam.
(3)    Psikomotorik, yakni melalui tahapan afektif tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri peserta didik dan tergerak untuk mengamalkan dan mentaati ajaran Islam yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Sehingga diharapkan dari kegiatan pendidikan Islam ini juga mempertimbangkan tujuan empat pendidikan, yaitu tujuan umum, akhir, sementara, dan operasional. Yang dimana hal ini dilakukan berdasarkan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. 
B.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna
Suatu kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak yang telah dirancangkan tidak akan bisa berjalan ataupun berhasil secara maksimal jika tidak tersedia faktor pendukung. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. 
1.    Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran Aqidah Akhlak secara internal, yaitu:  motivasi siswa dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dalam kegiatan pembelajaran tentunya siswa adalah objek yang utama yang memerlukan motivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Karena karakteristik setiap siswa mempunyai kualitas secara perseorangan, seperti bakat, kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar, dan kemungkinan hasil belajar yang akan dicapai. Walaupun karakteristik siswa itu nantinya akan dipengaruhi strategi pengelolaan pembelajaran yang dikelola oleh seorang guru. Namun perlu diingat, pada tingkat tertentu, dimungkinkan suatu kondisi pembelajaran akan mempengaruhi setiap komponen pemilihan metode pembelajaran. Seperti karakteristik siswa dapat mempengaruhi pemilihan strategi pengorganisasian isi dan strategi penyampaian pembelajaran PAI.
2.    Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran Aqidah Akhlak secara eksternal ini ada dua, yaitu:
a.    Dukungan orang tua dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak, yaitu dengan adanya kerjasama antara guru dengan orang tua siswa dalam meningkatkan proses pembelajaran Aqidah Akhlak. Maksud dari hal ini, guru dapat bertukar informasi dengan orang tua siswa mengenai perkembangan dan perubahan perilaku peserta didiknya sehari-hari setelah menerima sub materi pelajaran Aqidah Akhlak sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Apabila tidak adanya kerjasama yang baik antara guru mata pelajaran Aqidah Akhlak maupun wali kelas siswa dengan orang tua siswa, bukan tidak mungkin. Jika hal ini bisa menghambat kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak, sebab mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah upaya upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mengayati hingga mengimani Allah SWT, dan merealisasikan dalam perilaku kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman pada diri siswa itu sendiri.
b.    Motivasi guru dalam mengajar mata pelajaran Aqidah Akhlak, sehingga dapat pemberdayaan kemampuan siswa dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dengan cara memanfaatkan fasilitas dan sarana prasarana yang memadai dalam Proses Belajar Mengajar. Karena tidak dapat dipungkiri, bahwa faktor penentu kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak adalah adanya fasilitas dan sarana prasarana yang memadai. Tujuan adanya sarana dan prasarana Proses Belajar Mengajar mata pelajaran Aqidah Akhlak dapat berjalan dengan baik dan menjadi point yang pendukung, untuk meminimalisir penghambat kegiatan pembelajaran. Yang termasuk fasilitas dan prasarana dalam pembelajaran antara lain adalah buku paket, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan fasilitas pembelajaran lainnya. 
c.    Lingkungan sosial sekolah, yaitu teman sebayanya di dalam kelas atau di luar kelas. Lingkungan sosial ini merupakan salah satu faktor penentu kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak dapat berjalan dengan baik atau tidak, walaupun fasilitas dan sarana prasarana dalam Proses Belajar Mengajar Aqidah Akhlak ini sudah tersedia dengan cukup baik. Sebab teman sebaya di dalam kelas dapat menjadi sumber motivasi dalam siswa dalam mengikuti pembelajaran saat Proses Belajar Mengajar berlangsung. Selain itu, teman sebaya di luar kelas juga bisa berperan sebagai sumber motivasi belajar siswa, sebab teman sebaya ini juga dapat berfungsi sebagai alat mencari inspirasi dalam belajar maupun bertingkah laku atau berakhlak. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak, peserta pendidik dapat menggunakan metode pembelajaran yang dipergunakan mengarah pada metode problem solving di mana siswa dituntut dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan baik secara individu maupun kelompok.















BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan tentang Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak (Studi Kasus di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :
1.    Metode pembelajaran yang digunakan guru Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna yaitu sistem PAKEM dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan pemberian tugas. Adapun tujuan metode pembelajaran tersebut untuk menuntun siswa agar mengimplementasikan pembelajaran tersebut kedalam tingkah lakunya sehari-hari, dan siswa juga mampu memahami pembelajaran secara jelas apa yang telah disampaikan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, sehingga bisa mengamalkan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan buruk.
2.    Sedangkan yang menjadi faktor- faktor yang mempengaruhinya terbagi atas dua faktor yakni faktor pendukung dan faktor penghambat. faktor pendukungnya adalah dengan adanya kerjasama yang baik antara Kepala sekolah, guru Aqidah Akhlak dan guru lain di sekolah tersebut dalam meningkatkan kualitas metode pembelajaran sehingga siswa mampu memahami, mengerti, dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian yang menjadi faktor penghambat adalah kurang adanya kerjasama antara sekolah dengan masyarakat di sekitar sekolah sehingga kurang terkontrol dari lingkungan dan akibatnya terjadi hal-hal buruk yang tidak dapat diantisipasi terlebih dahulu.
B.    Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan sebelumnya penulis beberapa saran sebagai berikut :
1.    Kepala Sekolah
Demi menjunjung keberhasilan pendidikan, sebaiknya kepala sekolah membantu meningkatkan dan menambah tenaga pendidik sehingga dalam  pembelajaran tidak ada lagi guru yang merangkap dua atau tiga mata pelajaran serta lebih menjalin koordinasi yang harmonis dengan masyarakat sekitar sekolah, baik itu jalur formal ataupun non formal.
2.    Kepada Guru
a.    Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan metode yang membutuhkan banyak persiapan, agar lebih memaksimalkan pembelajaran Aqidah Akhlak para siswa, hendaknya guru lebih memahami tentang metode yang akan dilakukan di kelas, sehingga siswa akan menerima pelajaran dengan mudah dan paham, serta menambah metode pembelajaran sehingga menghasilkan pembelajaran yang efektif.
b.    Kepada guru Aqidah Akhlak hendaknya terus berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran Aqidah Akhlak yang sudah baik agar mutunya lebih meningkat.


3.    Untuk Siswa
Siswa yang sebagai objek dan sekaligus subjek pendidikan hendaknya selalu mematuhi dan mengaplikasikan berbagai pengetahuan yang diperolehnya, sehingga tujuan pendidikan Islam khususnya (Aqidah Akhlak) menjadikan peserta didik sebagai siswa yang yang berguna dan berakhlak baik bagi Agama dan Masyarakat, Amin.
C.    Kata Penutup
Alhamdulillah penulis ucapkan syukur kepada Allah SWT. Yang teleh melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang menjadi tugas akhir sebagai Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Sinjai. Sholawat dan Salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW. yang telah membawa cahaya kebenaran kepada umat Manusia hingga akhir hayat.
Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil sehubungan dengan sktripsi ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih dan semoga Allah SWT. Memberikan balasan dan imbalan yang setimpal, Amiiin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan usaha-usaha untuk perbaikan dari pembaca.
Akhir kata semoga Skripsi ini membawa manfaat bagi para pembaca dan terlebih untuk penulis khususnya, Amiin.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid dan Dian Andatani, Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 130-131.
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung : Pt. Al Ma’arif, 1987), h. 37.
Agus M. Hardjana, Religiositas, Agama dan Spiritualitas, Jakarta : Kanikius 2005
Armai Arif, Pengantar Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Press, 2002.

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995.
Anton Baker, Metode Penelitian Filsafat, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996.
Asmaran, Pengantar Study Akhlak, Jakarta : PT Grafindo Persada, 1994.
Athiyah al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970.
Departemen Agama, KBK Kegiatan Pembelajaran Aqidah Akhlak , (Jakarta:   Direktorat Jenderal Agama Islam, 2003), h. 1-3.

Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum Dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Departemen Agama, Juni 2004.
Gagne, Briggs dan Wagner, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Jakarta 2008.
Garis-Garis Besar Program Pengajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak MTs. (Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Lembaga Islam, 1998).
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 10.

Hasil Observasi Proses Pembelajaran Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Guru Mata Pelajaran. (Di Sekolah MTs. Mursyidut Thullab Lembanna Tgl. 22 Mei 2013)

Hasil Observasi Siswa Kelas VII (Tgl. 22 Mei 2013)

Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak , Lembanna 22 Mei 2013.

Hasil Wawancara Peneliti dengan Kepala Sekolah MTs. Mursyidut Thullab Lembanna, Sinjai 5 April 2013.

Hasil Wawancara Peneliti dengan Yuyun Qayyum Kelas VIII Siswa MTs. Mursyidut Thullab Lembanna, Lembanna 24 Mei 2013.

Hisyam Zaini dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Yogyakarta : CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002.

Jurnal Penelitian, Agama Pusat Penelitian lain Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.

Lexy J. Moleong, MA, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2002.

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Belajar, 2003.

       Paradigma Pendidikan Islam Upaya Untuk Mengefektifkan PAI Di Sekolah,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar‎, (Bandung: Sinar Baru 2005).h. 76.

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994), h. 59.

Rahmat Djanika,  Islamic Education, (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 1992), h. 27.
Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem SKS, Jakarta : Bumi Aksara, 1991.
Sobry Sutikno, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Prospect, 2009) h. 88.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1998.

Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: FIP IKIP, 1986) h. 120

Sutrisno, Pendidikan Islam Yang Menghidupkan, Studi Kritis Terhadap Pemikiran Fazlur Rahman, Yogyakarta : Kota Kembang, 2008.

­       Revolusi Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta : Ar-Ruz Media, 2005.

Suwarno.Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta : Aksara Baru, 1985), h. 41.

Syaiful B. Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Rineka Cipta, 2006), h. 95.

Syarifuddin Aswar, Metode Penelitian, (Yogyakarta, Pustaka Belajar, 1999).

Wens Tanlain, et. al, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Gramedia, 1989), h. 30

Yunahar Ilyas, Kuliah  Aqidah Islam, Yogyakarta : LPPI, 2005.

Yusuf Jayadisastra, Metode-Metode Mengajar (Bandung: Angkasa, 1981), h.13.


























Lampiran Instrumen :
Catatan Lapangan
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/Tanggal    :  Jum’at, 5 April 2013
Jam        :  14.30 – 15.15
Lokasi    :  Rumah Kediaman Bapak Kepala Sekolah di Jl. Gunung Kerinci
   Sinjai Utara Kab. Sinjai
Sumber Data    :  Bpk. Firman Basyar, S.Pd.I

Proposal Data :
        Informan adalah Kepala Sekolah di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna dan sebagai sumber data sementara dalam penelitian ini yang merupakan wawancara yang pertama kali dilakukan dengan Informan dan dilaksanakan di rumah Pribadi beliau di Jl. Gunung Kerinci Sinjai Utara Kab. Sinjai. Pertanyaan yang menyangkut mengenai siapa dan bagaimana guru pengampu mata pelajaran Aqidah Akhlak dalam membawakan pembelajaran tersebut serta bagaimana kondisi siswa dalam menerapkan pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
    Dari hasil wawancara sementara ini terungkap bahwa pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak berjalan dengan cukup lancar, materi yang diberikan kepada siswa dapat diterima dengan baik. Keadaan para siswa MTs. Mursyidut Thullab Lembanna secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai siswa yang berperilaku baik dan hanya sedikit yang berperilaku buruk.







Lampiran Instrumen :
Catatan Lapangan
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Hari/Tanggal    :  Rabu, 22  Mei 2013
Jam        :  08.05 – 09.15
Lokasi    :  Kelas VII Sekolah MTs. Mursyidut Thullab Lembanna

Proposal Data :
        Metode Pembelajaran yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna  ini menggunakan strategi PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Hal ini tercermin dari kreatifitas yang dilakukan guru disaat proses pembelajaran berlangsung di kelas VII.


















Lampiran Instrumen :
Catatan Lapangan
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Hari/Tanggal    :  Rabu, 22  Mei 2013
Jam        :  08.05 – 09.15
Lokasi    :  Kelas IX MTs. Mursyidut Thullab Lembanna 

Proposal Data :
        Adapun hasil dari observasi singkat  Metode Pembelajaran di Kelas IX yakni metode pembelajaran Aqidah Akhlak sudah diterapkan oleh siswa yakni menunjukkan akhlak yang baik disaat pembelajaran sedang berlangsung, yakni salah satunya memperhatikan disaat guru menjelaskan pembelajaran.



















Lampiran Instrumen :
Catatan Lapangan
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/Tanggal    :  Rabu, 22  Mei 2013
Jam        :  09.15 – 09.30
Lokasi    :  Sekolah MTs. Mursyidut Thullab Lembanna
Sumber Data    :  Roslina, S.Pd.I

Proposal Data :
        Informan adalah Tenaga Pengajar Honorer di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna dan sebagai sumber data dalam penelitian ini yang merupakan wawancara yang pertama kali dilakukan dengan Informan dan dilaksanakan di Sekolah MTs. Mursyidut Thullab Lembanna. Pertanyaan yang menyangkut mengenai Bagaimana Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di Sekolah MTs. Mursyidut Thullab Lembanna.
    Dari hasil wawancara ini diketahui bahwa Sistem PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang diterapkan oleh Ibu Roslina bertujuan agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan sesuai SK-KD (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) yang terdapat dalam silabus dan dikembangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tanpa adanya unsur keterpaksaan atau terbebani mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.








Lampiran Instrumen :
Catatan Lapangan
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/Tanggal    :  Jumat, 24  Mei 2013
Jam        :  09.00 – 09.15
Lokasi    :  Lingkungan Sekolah MTs. Mursyidut Thullab Lembanna
Sumber Data    :  Yuyun Qayyum

Proposal Data :
        Informan ini adalah salah satu siswi kelas VIII di MTs. Mursyidut Thullab Lembanna diantara 28 orang siswa(i) dan sebagai sumber data dalam penelitian ini yang merupakan wawancara. Pertanyaan yang menyangkut tentang Bagaimana Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak di Sekolah MTs. Mursyidut Thullab Lembanna yang disajikan guru mata pelajaran.
Wawancara  ini Menyimpulkan bahwa Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak yang disajikan Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak  sangat baik karena mudah dipahami, sehingga siswa dapat termotivasi untuk memperhatikan materi yang disampaikan dan siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.